Dunia ramai-ramai mengecam pembantaian terhadap etnis Muslim Rohingya dan meminta Myanmar segera menghentikannya. Tapi telinga Aung San Suu Kyi seakan tuli, pemerintahnya masih membuat Rohingya tersiksa.
Seruan dunia disampaikan menyusul kekerasan terhadap Rohingya dalam sepekan terakhir, membuat sekitar 18 ribu etnis yang tidak diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar itu mengungsi ke Bangladesh. Myanmar mengatakan, mereka melakukan operasi militer setelah terjadi serangan kelompok pemberontak ARSA (Tentara Pembebasan Arakan Rohingya) pada Kamis pekan lalu ke pos-pos tentara di Rakhine.
Di antara yang mengecam tindakan Myanmar adalah Amerika Serikat. Pemerintah Washington telah mewanti-wanti Myanmar untuk tidak melakukan serangan balasan ke permukiman Rohingya seperti yang sudah-sudah. Yang terjadi justru sebaliknya, desa-desa Rohingya dibakar dan mereka ditembaki oleh tentara.
Pemerintah Aung San Suu Kyi mengatakan 109 orang terbunuh dalam operasi militer, kebanyakan militer, sedikit sekali warga sipil. Namun berbagai organisasi Rohingya di luar negeri mementahkan klaim Suu Kyi tersebut.
Aktivis Rohingya yang dikutip Reuters mengatakan setidaknya 800 orang yang terbunuh. European Rohingya Council (ERC) bahkan memperkirakan ada 2.000 hingga 3.000 orang yang terbunuh dalam waktu hanya tiga hari akhir pekan lalu, sebuah genosida.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert Sabtu lalu mengatakan, Myanmar boleh saja mencari militan pelaku serangan, tapi mereka juga harus menghargai hukum dan melindungi hak asasi manusia.
Nauert mengatakan serangan tentara terbaru ini bertentangan dengan rekomendasi komisi khusus PBB untuk konflik Rakhine yang dipimpin Kofi Annan. Dalam rekomendasinya, Annan mengatakan Myanmar harus meningkatkan perkembangan ekonomi dan keadilan sosial untuk mengakhiri konflik antara warga Buddha dan Rohingya.
Kecaman juga datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu lalu. Dia mengatakan serangan tentara terhadap warga sipil Rohingya "tidak bisa diterima". Erdogan juga menyatakan siap memberi bantuan kemanusiaan untuk warga Rohingya di Rakhine.
Lebih lanjut, Erdogan menyerukan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menekan Myanmar agar menghentikan kekerasan tersebut. Senada dengan Turki, Inggris juga meminta PBB turun tangan mengatasi penderitaan Rohingya. Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan rapat khusus soal Rohingya. "PBB perlu mengatasi isu jangka panjang di Rakhine, meminta semua pihak menahan diri," kata Rycroft.
Negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI juga menulis surat secara langsung kepada Sekjen PBB dan Suu Kyi agar Myanmar menghentikan kekerasan tentara terhadap Rohingya.
OKI mengecam keras pembunuhan Rohingya dan pembakaran desa-desa mereka oleh tentara. Menurut OKI, Myanmar telah melanggar komitmen internasional mereka sendiri untuk melindungi warga sipil.
Sumber : Kumparan
Oiyah jangan lupa berbagi dengan sesama karena banyak diluaran sana yang
sama seperti kita sedang menghadapi persalinan namun mingkin tak seberung kita,
jika ingin beebagi kami membuka donasi untuk mereka yang kurag beruntung dalam
persalinan, kami memiliki program Rumah Bersalin Cuma-Cuma yang digunakan oleh
bersama bagi mereka yang membutuhkan bantuan kita, jadi tunggu apalagi mari
berdonasi
Untuk info lebih
lanjut bisa kunjungi web disini :
Transfer Zakat
Mandiri Syariah 700.0974107
Muamalat 113. 000. 2165
BCA 008.305 3523
BJB Syariah 001.0101002977
Mandiri Syariah 700.0974107
Muamalat 113. 000. 2165
BCA 008.305 3523
BJB Syariah 001.0101002977
Atas nama Yayasan
Semai Sinergi Umat/ Sinergi Foundation
Konfirmasi :
SMS/WhatsApp 081 321 200 100
Chat di www.sinergifoundation.org
Informasi : 0851 0004 2009
SMS/WhatsApp 081 321 200 100
Chat di www.sinergifoundation.org
Informasi : 0851 0004 2009
atau bisa datang langsung ke :
SF Bandung
Jl. HOS Tjokroaminoto (Pasirkaliki)
No. 143 Bandung 40173
Telp: (022) 6120 218
Fax: (022) 6120 130
Gedung Wakaf 99
Jl. Sidomukti No. 99
H Bandung 40123
Telp: (022) 251 3991
Fax: (022) 2511 865
Komentar
Posting Komentar